Rabu, 04 Agustus 2010

Hermeneutiknya Schleiermacher 1

Schleiermacer dulunya kukenal sebagai bapak teologia protestan modern. Ada yang bilang pulang eyangya teologia liberal. Meski ini tidak terlalu tepat, tentu saja, bila dibandingkan dengan pengaruh dari Hegel, Decartes dan Kant, atau pandangan 'garis keras' dari beberapa teolog Jerman, yang mensejajarkan Yesus dengan manusia biasa.

Membaca tulisan-tulisan Schleiermacher (sebutlah dia S) tentang hermeneutik, atau teori menafsir ternyata memberikan horizon baru tentang dia dan pergumulannya. Selain tulisannya yang ditujukan pada 'religious despiser' pada zamannya, ternyata S juga merenungkan dengan serius hakekat penafsiran, dan oleh beberapa pakar diberi pula gelar Bapak dari Hermeneutik Modern.

Kalimatnya yang terkenal adalah 'mengerti sebagaimana penulis mengerti, dan kemudian memahami lebih dari penulis memahami tulisannya sendiri'. Mazab hermeneutik yang dirintisnya diberi nama 'Hermeneutics of Understandings'. Ada tiga pasangan dinamika penafsiran yang ditelurkan oleh S. Yaitu Siklus Penafsiran khusus-umum, siklus penafsiran gramatikal-psikologikal, dan siklus penafsiran komparasi-divinisasi. Ketiga gerakan ini menjadi tulang penunjang prinsip penafsiran yang dirumuskannya.

Yang menarik dari S adalah bahwa penafsiran itu digambarkan bukan sebagai sebuah proses mekanistis, atau sekumpulan prosedur yang harus diikuti, tetapi lebih merupakan sebuah gerakan dinamis yang hidup. Ambil contoh misalnya Siklus khusus-umum yang ditelurkannya. S menekankan bahwa kita hanya bisa memahami suatu bagian khusus dari teks, bila kita telah memiliki pemahaman tentang teks secara keseluruhan. Namun pada saat yang sama, pemahaman kita akan teks secara keseluruhan, dibentuk dari pemahaman kita akan suatu bagian khusus dari teks. Karena itu hanya dengan memahami secara umum kita mengerti makna bagian khusus, dan hanya dengan mengerti suatu bagian khusus kita memahami teks secara keseluruhan. Gerakan umum ke khusus, lalu dari khusus ke umum adalah sebuah gerakan terus menerus yang membentuk dinamika penafsiran.

Grant Osborne memberikan sebuah pencerahan dengan memberikan refleksi bahwa, ketika gerakan itu seolah kembali ke titik semula, sebenarnya penafsir telah bergerak dari titik semula, sehingga meski secara dua dimensi posisinya sama, tetapi dilihat dari tiga dimensi seorang penafsir telah bergerak dari posisi semula. Sehingga ia menyebut siklus tersebut sebagai sebuah spiral penafsiran.


Tidak ada komentar: